Seorang Maharaja akan berkeliling negeri untuk melihat keadaan rakyatnya,
ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Baru beberapa meter berjalan di luar
istana kakinya terluka karena terantuk batu. Ia berpikir, ternyata jalan-jalan
di negeriku ini jelek sekali. Aku harus memperbaikinya.
Maharaja lalu memanggil seluruh menteri istana, Ia memerintahkan untuk
melapisi seluruh jalan-jalan di negerinya dengan kulit sapi yang terbaik.
Segera saja para menteri istana melakukan persiapan-persiapan. Mereka
mengumpulkan sapi-sapi dari seluruh negeri.
Di tengah-tengah kesibukan yang luar biasa itu. datanglah seorang
pertapa menghadap Maharaja, Ia berkata pada Maharaja, "Wahai Paduka,
mengapa Paduka hendak membuat sekian banyak kulit sapi untuk melapisi
jalan-jalan di negeri ini. padahal sesungguhnya yang Paduka perlukan
hanyalah dua potong kulit sapi untuk melapisi telapak kaki Paduka saja"
Konon sejak itulah dunia menemukan kulit pelapis telapak kaki yang kita
sebut "Sandal".
Renungan :
Ada pelajaran yang berharga dari cerita itu. Untuk membuat dunia menjadi
tempat yang nyaman untuk hidup, kadangkala, kita harus mengubah cara
pandang kita, hati kita, dan diri kita sendiri, dan bukan dengan jalan mengubah dunia itu.
Karena kita seringkali keliru dalam menafsirkan dunia, dalam pikiran kita.
kadang hanyalah suatu bentuk personal. Dunia, kita artikan sebagai milik kita sendiri,
yang pemainnya adalah kita sendiri. Tak ada orang lain yang terlibat disana, sebab, seringkali dalam pandangan kita,
dunia adalah bayangan diri kita sendiri.
Ya, memang, jalan kehidupan yang kita tempuh masih terjal dan berbatu.
Manakah yang kita pilih, melapisi setiap jalan itu dengan permadani berbulu agar kita tak pernah merasakan sakit,
atau melapisi hati kita dengan kulit pelapis, agar kita dapat bertahan melalui jalan-jalan itu?
Wisdom of the day
Alam memberi kita satu lidah, akan tetapi memberi kita dua telinga, agar supaya kita dua kali lebih banyak mendengar daripada berbicara.(La Rouchefoucauld)
Kamis, 07 April 2011
Sandal Kulit Sang Raja
20.41
Mr. Baim
No comments
0 komentar:
Posting Komentar